Jumat, 15 Mei 2015

Pendidikan Anak Berbakat



A.    Pengertian pendidikan anak berbakat
Pendidikan anak berbakat di Indonesia mungkin belum mendapat perhatian yang serius, baik dari orang tua maupun dari guru dan para pelaku pendidikan di Indonesia. Pendidikan anak berbakat di tujukan khusus untuk anak-anak berbakat. Tentu semua sesuai dengan kriteria dan karakteristinya masing-masing. Tidak sembarangan menyamakan semua anak sebagai anak berbakat sehingga harus mendapatkan pendidikan anak berbakat. Walau memang tidak bisa di pungkiri bahwa semua anak adalah anak berbakat, karena memang mereka memilikinya dan di anugerahi bakat yang berbeda-beda.
Membahas masalah sistem pendidikan di Indonesia, kita tahu bahwa anak usia sekolah ditempatkan secara berjenjang sesuai dengan usianya. Mulai anak usia TK, SD, SLTP dan SMU. Kurikulum yang digunakan bersifat centralized (terpusat), artinya kurikulum yang dipakai untuk seluruh wilayah Indonesia secara umum sama. Dengan keterbatasan ini, maka ada beberapa hal yang belum tertangani dengan baik, misalnya penanganan anak berbakat. Anak berbakat perlu dipikirkan bagaimana menanggulanginya, sehingga segala kemampuan yang ada pada dirinya dapat tersalurkan melalui suatu lembaga pendidikan khusus.
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat (Raka Joni,1982).  Secara psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).

B.  Beberapa Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
1.      Gemar membaca pada usia lebih muda.
2.      Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
3.      Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
4.      Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”.
5.      Mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri.
Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan :
1.      Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
2.      Bakat istimewa dalam bidang tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
3.      Kreativitas yang tinggi dalam berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
4.      Kemampuan memimpin yang menonjol; yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
5.      Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
C.    Karakteristik Anak Berbakat
1.    Karakteristik anak berbakat dalam bidang akademik khusus, meliputi:
a.       memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus.
b.      memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus.
c.       mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas dalam bidang-bidang lain.
d.      kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang akademik.
e.       memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik khusus dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik.
f.       belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
2.      Karakteristik sosial dan fisik anak berbakat antara lain adalah:
a.       fisik yang menarik dan rapi dalam penampilan.
b.      diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa.
c.       keterlibatan mereka dalam beberapa kegiatan sosial, memberikan sumbangan positif dan konstruktif.
D.    Program pendidikan anak berbakat
Kalau begitu sepertinya program pendidikan anak berbakat akan berbeda dengan anak-anak yang lainnya. Maka komponen-komponen belajarnya, mulai dari mata pelajarannya, sampai guru-gurunya pun harus bisa menyesuaikan diri dengan kondisi anak berbakat itu.  Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut.
a.       Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.
b.      Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian. Utami Munandar (1996) mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu dikembangkan untuk belajar berprestasi.
c.       Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content,  dan  produk.  Sehubungan  dengan  itu,  M. Soleh  YAI (1996) mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut. Modifikasi  proses  adalah  metodologi  atau  cara  guru  mengajar termasuk  cara  mempresentasikan  isi  materi  kepada  siswa  yang berorientasi  kepada  berpikir  tingkat  tinggi,  banyak  pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan  memilih,  interaksi  kelompok  dan  simulasi,  serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi  isi  adalah  modifikasi  dalam  materi  pembelajaran  baik berupa  ide,  konsep  maupun  fakta.  Pembelajaran  dimulai  dari  hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi. Modifikasi  produk  atau  hasil  adalah  produk  kurikulum  yang  tidak dapat  dipisahkan  dari  isi  materi  dan  proses  pembelajaran  yang dikembangkan  dan  merupakan  hasil  dari  proses  yang  dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.
E.  Karakteristik Guru Anak Berbakat
Maker (1982) membagi karakteristik guru anak berbakat menjadi 3 kelompok : filosofis, professional, dan pribadi. Karakteristik filosofi penting karena cara guru memandang pendidikan mempunyai dampak terhadap pendekatan mereka terhadap mengajar. Misalnya, guru yang percaya bahwa penyelenggaraan pendidikan anak berbakat dalam bentuk program ”pull-out”, kelas khusus atau sekolah khusus menciptakan kelompok elite, akan mendekati program seperti itu dengan perasaan negativ dan semangat yang kurang terhadap program anak berbakat. Jika guru memandang keberbakatan meliputi potensi intelektual yang tinggi, pengikatan diri terhadap tugas (taks-commitment), kreativitas, dan prestasi tinggi, mereka akan menggunakan pendekatan kepada anak berbakat dari segi kekuatan, dan cenderung untuk berpusat terhadap bahan mata pelajaran. Sebaliknya guru yang memandang keberbakatan meliput kekuatan dan kelemahan perorangan, pendekatan mereka dalam situasi mengajar berpusat pada siswa berbakat perorangan.
Karakteristik filosofis perlu dipertimbangkan dalam seleksi guru anak berbakat. Sebagai contoh. Seorang kepala sekolah, mengusulkan rencana membuat kelas khusus untuk anak berbakat dalam matematika dan bahasa, yang meliputi baik pengayaan (enrichment) maupun percepatan (akselerasi). Dalam pertemuan guru, tujuan dari program dojelaskan dan kepala sekolah mempersilahkan guru-guru apakah mereka mendukung atau kurang menyetujui rencana tersebut. Dengan memberi kemungkinan untuk memilih, kepala sekolah tidak menempatkan guru dalam konflik. Strom (1983) mengemukakan konflik filosofis lain dapat dialami guru dengan anak berbakat.
 Guru cenderung berpikir bahwa anak berbakat dapat berhasil dari dirinya sendiri, sehingga tidak perlu diperhatikan. Kadang-kadang guru cenderung berpikir bahwa selama ini anak berbakat mencapai nilai tinggi dan tidak menimbulkan masalah, tidak perlu mempertimbangkan ketidakpuasan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Akibat dari pertimbangan guru seperti ini ialah bahwa anak berbakat berprestasi dibawah permintaan mereka. Studi yang dilakukan di Low, sebagaimana dilaporkan oleh Strom, menunjukan bahwa 45% dari siswa dengan IQ di atas 130 mencapai nilai rata-rata dibawah C.

F.     Beberapa pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah :
  1. Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
  2. Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah)
  3. Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
  4. Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
Jadi menurut saya anak berbakat adalah anak yang memiliki intelegensi di atas rata-rata (biasanya di definisikan memiliki IQ 130 atau lebih tinggi) dan memiliki bakat yang sangat luar biasa dalam beberapa bidang seperti seni, musik, atau matematika. Maka dari itu, tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.

Dirgantara Wicaksono
Pembelajaran PKN di SD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar