A.
Pengertian pendidikan anak berbakat
Pendidikan anak berbakat di Indonesia mungkin belum
mendapat perhatian yang serius, baik dari orang tua maupun dari guru dan para
pelaku pendidikan di Indonesia. Pendidikan
anak berbakat di tujukan khusus untuk anak-anak
berbakat. Tentu semua sesuai dengan kriteria dan karakteristinya masing-masing.
Tidak sembarangan menyamakan semua anak sebagai anak berbakat sehingga harus
mendapatkan pendidikan anak berbakat. Walau
memang tidak bisa di pungkiri bahwa semua anak adalah anak berbakat, karena
memang mereka memilikinya dan di anugerahi bakat yang berbeda-beda.
Membahas masalah sistem pendidikan di Indonesia, kita
tahu bahwa anak usia sekolah ditempatkan secara berjenjang sesuai dengan
usianya. Mulai anak usia TK, SD, SLTP dan SMU. Kurikulum yang digunakan
bersifat centralized (terpusat), artinya kurikulum yang dipakai untuk seluruh
wilayah Indonesia secara umum sama. Dengan keterbatasan ini, maka ada beberapa
hal yang belum tertangani dengan baik, misalnya penanganan anak berbakat. Anak
berbakat perlu dipikirkan bagaimana menanggulanginya, sehingga segala kemampuan
yang ada pada dirinya dapat tersalurkan melalui suatu lembaga pendidikan
khusus.
Pendidikan anak berbakat merupakan
bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan
maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan
harapan bahwa pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal
bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu
sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan
fungsional antara individu dengan masyarakat (Raka Joni,1982). Secara psikologis anak berbakat memiliki
kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah
anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).
B. Beberapa
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
1.
Gemar membaca pada usia lebih muda.
2.
Membaca lebih cepat dan lebih banyak.
3.
Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat.
4.
Mempunyai minat yang luas, juga
terhadap masalah “dewasa”.
5.
Mempunyai inisiatif, dapat bekerja
sendiri.
Anak-anak
berbakat biasanya ditandai pula dengan :
1.
Kemampuan inteligensi umum yang
sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang
sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
2.
Bakat istimewa dalam bidang
tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini
biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
3.
Kreativitas yang tinggi dalam
berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
4.
Kemampuan memimpin yang menonjol;
yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak
sesuai dengan harapan kelompok.
5.
Prestas-prestasi istimewa dalam
bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis,
dan lain-lain.
C.
Karakteristik Anak Berbakat
1.
Karakteristik anak berbakat dalam
bidang akademik khusus, meliputi:
a.
memiliki perhatian yang lama terhadap
suatu bidang akademik khusus.
b.
memiliki pemahaman yang sangat maju
tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus.
c.
mampu mengaplikasikan berbagai
konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas
dalam bidang-bidang lain.
d.
kesediaan mencurahkan sejumlah besar
perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang tinggi dalam suatu bidang
akademik.
e.
memiliki sifat kompetitif yang
tinggi dalam suatu bidang akademik khusus dan motivasi yang tinggi untuk
berbuat yang terbaik.
f.
belajar dengan cepat dalam suatu
bidang akademik khusus.
2.
Karakteristik sosial dan fisik anak
berbakat antara lain adalah:
a.
fisik yang menarik dan rapi dalam
penampilan.
b.
diterima oleh mayoritas dari teman-teman
sebaya dan orang dewasa.
c.
keterlibatan mereka dalam beberapa
kegiatan sosial, memberikan sumbangan positif dan konstruktif.
D.
Program pendidikan anak berbakat
Kalau begitu sepertinya program
pendidikan anak berbakat akan berbeda dengan anak-anak yang lainnya. Maka
komponen-komponen belajarnya, mulai dari mata pelajarannya, sampai guru-gurunya
pun harus bisa menyesuaikan diri dengan kondisi anak berbakat itu. Strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan strategi pembelajaran
adalah sebagai berikut.
a.
Pembelajaran anak berbakat harus
diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan
kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.
b.
Pembelajaran pada anak berbakat
tidak saja mengembangkan kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan
kecerdasan emosional juga patut mendapat perhatian. Utami Munandar (1996)
mengemukakan bahwa kreativitas dan motivasi internal anak berbakat perlu
dikembangkan untuk belajar berprestasi.
c.
Pembelajaran anak berbakat
berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan
produk. Sehubungan dengan
itu, M. Soleh YAI (1996) mengemukakan 3 jenis modifikasi
sebagai berikut. Modifikasi proses adalah
metodologi atau cara
guru mengajar termasuk cara
mempresentasikan isi materi
kepada siswa yang berorientasi kepada
berpikir tingkat tinggi,
banyak pilihan, mengupayakan
penemuan, mendukung penalaran atau argumentasi, kebebasan memilih,
interaksi kelompok dan
simulasi, serta kecepatan dan
variasi proses. Modifikasi isi adalah
modifikasi dalam materi
pembelajaran baik berupa ide,
konsep maupun fakta.
Pembelajaran dimulai dari
hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks, abstrak dan bervariasi.
Modifikasi produk atau
hasil adalah produk
kurikulum yang tidak dapat
dipisahkan dari isi
materi dan proses
pembelajaran yang dikembangkan dan
merupakan hasil dari
proses yang dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu
program.
E. Karakteristik Guru Anak Berbakat
Maker (1982) membagi karakteristik
guru anak berbakat menjadi 3 kelompok : filosofis, professional, dan pribadi.
Karakteristik filosofi penting karena cara guru memandang pendidikan mempunyai
dampak terhadap pendekatan mereka terhadap mengajar. Misalnya, guru yang
percaya bahwa penyelenggaraan pendidikan anak berbakat dalam bentuk program
”pull-out”, kelas khusus atau sekolah khusus menciptakan kelompok elite, akan
mendekati program seperti itu dengan perasaan negativ dan semangat yang kurang
terhadap program anak berbakat. Jika guru memandang keberbakatan meliputi
potensi intelektual yang tinggi, pengikatan diri terhadap tugas
(taks-commitment), kreativitas, dan prestasi tinggi, mereka akan menggunakan
pendekatan kepada anak berbakat dari segi kekuatan, dan cenderung untuk
berpusat terhadap bahan mata pelajaran. Sebaliknya guru yang memandang
keberbakatan meliput kekuatan dan kelemahan perorangan, pendekatan mereka dalam
situasi mengajar berpusat pada siswa berbakat perorangan.
Karakteristik filosofis perlu
dipertimbangkan dalam seleksi guru anak berbakat. Sebagai contoh. Seorang
kepala sekolah, mengusulkan rencana membuat kelas khusus untuk anak berbakat
dalam matematika dan bahasa, yang meliputi baik pengayaan (enrichment) maupun
percepatan (akselerasi). Dalam pertemuan guru, tujuan dari program dojelaskan
dan kepala sekolah mempersilahkan guru-guru apakah mereka mendukung atau kurang
menyetujui rencana tersebut. Dengan memberi kemungkinan untuk memilih, kepala
sekolah tidak menempatkan guru dalam konflik. Strom (1983) mengemukakan konflik
filosofis lain dapat dialami guru dengan anak berbakat.
Guru cenderung berpikir bahwa anak berbakat
dapat berhasil dari dirinya sendiri, sehingga tidak perlu diperhatikan.
Kadang-kadang guru cenderung berpikir bahwa selama ini anak berbakat mencapai
nilai tinggi dan tidak menimbulkan masalah, tidak perlu mempertimbangkan
ketidakpuasan dalam memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Akibat dari
pertimbangan guru seperti ini ialah bahwa anak berbakat berprestasi dibawah
permintaan mereka. Studi yang dilakukan di Low, sebagaimana dilaporkan oleh
Strom, menunjukan bahwa 45% dari siswa dengan IQ di atas 130 mencapai nilai
rata-rata dibawah C.
F. Beberapa
pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah :
- Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat.
- Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah)
- Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual.
- Membangun kelas khusus untuk anak berbakat.
Jadi menurut saya anak berbakat adalah anak yang memiliki intelegensi di atas rata-rata (biasanya di definisikan memiliki IQ 130 atau lebih tinggi) dan memiliki bakat yang sangat luar biasa dalam beberapa bidang seperti seni, musik, atau matematika. Maka dari itu, tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka
menguasai sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki
keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan
kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.
Dirgantara Wicaksono
Pembelajaran PKN di SD
Pembelajaran PKN di SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar