MAKALAH
Model
Integrated
Dipresentasikan dalam Mata Kuliah
Pembelajaran
Tematik Kelas Lanjut SD
Dosen: Zulfitria, M.Pd
Fakultas Ilmu Pendidikan
Program Studi PGSD
Disusun
oleh:
Kelompok
Delapan (8)
1. Isma
Halimatu Rachmah (2013820048)
2. Maulin
Puspa Indah (2013820010)
3. Nia
Kurniawati (2013820046)
4. Nur
Astuti (2013820034)
5. Sayyidah
Syuhur (2013820058)
|
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jln. K.H. Ahmad Dahlan, Cireundeu-Ciputat
Tahun Akademik 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
penulis sampaikan kepada Dzat Allah Yang Maha Suci, syukur pun tak lupa penulis
sampaikan kepada Dzat Allah Yang Maha Ghafur. Karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Model
Integrated”. Makalah ini penulis susun untuk memenuhui salah satu tugas
mata kuliah Pembelajaran Tematik Kelas Lanjut SD.
Penulis
menyusun makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang model integrated dalam
pembelajaran.
Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini belum mampu mendekati kata sempurna. Hal
ini dikarenakan keterbatasan penulis dalam menguasai dan memahami bidang
sastra. Tetapi, keterbatasan ini tidak
mematahkan semangat penulis untuk terus menyusun dan menyelesaikan makalah ini
dengan dibantu oleh berbagai pihak, baik bantuan moril ataupun materil. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan penulis, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Ibu
Zulfitria, M.Pd. sebagai dosen sekaligus pembimbing dalam bidang Pembelajaran
Tematik Kelas Lanjut SD.
2. Ibu
dan Ayah tercinta yang telah memberikan motivasi dalam berbagai bidang serta
yang telah memberikan do’a yang tiada henti untuk kelancaran hidup penulis.
3. Teman-temanku
seperjuangan yang ikut serta merasakan kelelahan dalam pembuatan makalah ini.
Semoga
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khusunya bagi
penulis. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua.
Amiin.
Tangerang,
Mei 2015
Penulis,
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pernahkah anda sebagai
pendidik mengalami kejenuhan saat mengajar karena siswa tidak serius
mendengarkan apa yang sedang dijelaskan? Pernahkah anda berpikir anak tidak
serius karena tidak tertarik metode yang digunakan? Pernahkah anda berpikir
untuk mengubah metode dengan suatu model pembelajaran yang menarik? Bagaimana
metode atau model pembelajaran yang menarik? Tulisan ini disusun untuk membantu
guru dalam mencari alternatif pembelajaran terpadu di
sekolah dasar.
Pembelajaran yang
dikembangkan diharapkan dapat memberikan kebermaknaan belajar siswa di sekolah
dasar. Konsep-konsep sains yang diberikan hendaknya saling terkait dengan
hal-hal yang sudah diketahui oleh siswa dan berhubungan dengan masa depan
siswa. Hal ini sejalan dengan salah satu fungsi sains yaitu mengembangkan
kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara kemajuan
sains dan teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Belajar akan menjadi lebih
efektif apabila kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perkembangan
intelektual anak (Semiawan, 1990:3). Selain itu juga guru di kelas perlu
mengenal setiap anak didik dan bakat-bakat khusus yang mereka miliki agar dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang dibutuhkan oleh masingmasing siswa untuk
dapat mengembangkan bakat-bakat mereka secara optimal sesuai dengan tujuan
pendidikan. Anak usia sekolah dasar masih suka bermain, memiliki rasa ingin
tahu yang besar dan mudah terpengaruh lingkungan. Dengan demikian pembelajaran
di sekolah dasar harus diusahakan dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu
guru perlu mengetahui prinsip belajar sambil bermain dan prinsip keterpaduan,
karena anak usia sekolah dasar masih berada pada tahap perkembangan yang
bersifat holistik (Gagne, 1985). Oleh karena itu pembelajaran di SD hendaknya
diusahakan terpadu antara pengalaman, perkembangan dan lingkungan.
Pembelajaran terpadu model integrated
merupakan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran dengan
memprioritaskan konsep-konsep, keterampilan-keterampilan dan sikap yang dapat
dipadukan dari masing–masing mata pelajaran (Fogarty, 1991:74). Pembelajaran
terpadu model integrated sebenarnya dapat dilaksanakan dengan leluasa
mengingat sekolah dasar menganut sistem guru kelas sehingga memungkinkan guru
merencanakan model pembelajaran terpadu. Sesungguhnya perkembangan anak sekolah
dasar bersifat holistik, terpadu dan saling terkait erat satu dengan yang
lainnya, sehingga lebih mudah dan bermakna bagi anak sekolah dasar untuk
mempelajari segala sesuatunya secara utuh.
Perkembangan fisik tidak
dapat dipisahkan dari perkembangan mental, sosial dan emosional atau
sebaliknya. Perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan
lingkungan (Kartadinata & Dantes, 1997:18).
Dalam Kurikulum 1994 (SD)
terlihat jelas bahwa mata pelajaran dipisah secara tegas dan tidak ada kaitan
konseptual, baik intra maupun antar mata pelajaran. Hal ini memungkinkan
terjadinya : (1) pengkotakan secara ketat; (2) pembelajaran lebih menekankan
pada penguasaan aspek kognitif, kurang memperhatikan aspek lainnya; dan (3)
sistem evaluasi lebih berorentasi pada “testing” dengan menekankan pada
reproduksi informasi. Sementara itu kurikulum 2013 lebih memberikan keleluasaan
kepada guru sebagai pelaksana kurikulum untuk mengem-bangkan desain
pembelajaran sendiri sesuai dengan kondisi setempat dan dianggap paling tepat
untuk dapat mencapai indikator pencapaian hasil belajar. Selain itu sebaran
materi yang tidak terlalu dibatasi secara kaku oleh caturwulan atau semester
lebih memungkinkan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran secara terpadu
(lintas mata pelajaran) dalam satu tingkat kelas. Dalam kurikulum 2013 materi
pelajaran dalam satu tahun ajaran dapat dipindah atau ditukar, dan penilaian
dilakukan secara menyeluruh dengan portofolio.
Uraian di atas menunjukkan
bahwa guru dalam posisi sulit, di satu pihak guru dituntut untuk menyelesaikan
target kurikulum, ia harus memberikan seluruh materi kurikulum kepada anak
dengan waktu terbatas dengan penilaian hasil belajar lebih mengukur pada aspek
kognitif, sedangkan di pihak lain guru dituntut untuk melakukan pembelajaran
lebih bermakna. Oleh karena itu pembelajaran terpadu model integrated
ditawarkan sebagai suatu model yang dapat diterapkan dengan harapan
pembelajaran dapat menarik siswa dan hasil belajar dapat ditingkatkan secara
optimal.
B. Rumusan
Masalah
Dari uraian permasalahan di atas, maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa yang
dimaksud dengan model pembelajaran integrated?
2.
Bagaimana
contoh penerapan model pembelajaran integrated dalam pembelajaran (khususnya di
SD)?
3.
Apa sajakah
kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran integrated?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui dan lebih memahami apa yang dimaksud dengan model pembelajaran
integrated agar kelak para guru dan calon guru tidak merasa kebingungan ketika
model ini bisa dijadikan sebagai salah satu model yang digunakan untuk
menyampaikan suatu materi pembelajaran.
2.
Untuk
memberikan pemahaman pada guru dan calon guru mengenai penerapan model
pembelajaran integrated ini ketika diimplementasikan dalam kelas (khususnya di
SD).
3.
Untuk
memberikan pengetahuan bahwa suatu model pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing, begitupun dengan model pembelajaran integrated
ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran Terpadu
Model Integrated
Menurut Fogarty (1991:76) pembelajaran
terpadu model integrated merupakan pendekatan belajar mengajar yang memadukan
empat atau lebih mata pelajaran dengan memprioritaskan konsep-konsep,
ketrampilan-ketrampilan atau sikap yang dapat dipadukan dari masing-masing mata
pelajaran yang bertolak dari tema sentral. Pembelajaran terpadu model integrated
secara psikologis dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi anak,
karena anak mengalami secara langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep
lain. Hal ini sesuai dengan falsafah I hear- I forget, I see- I remember, I
do- I understand.
Dengan demikian pembelajaran terpadu
model integrated dapat memberikan peluang yang besar bagi peningkatan
hasil belajar dan pengembangan kreativitas siswa secara bermakna ke arah
pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal. Sesuai taraf perkembangannya siswa
melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh dan belum dapat memisahkan bahan
kajian yang satu dengan lainnya. Untuk itu perlu direncanakan suatu model
pembelajaran yang bersifat terpadu dengan menggunakan tema sebagai payung untuk
mengaitkan beberapa konsep (Fogarty, 1991:55).
Dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah dasar untuk memperoleh hasil belajar yang optimal dan
bermakna, diterapkan model pembelajaran yang berpusat pada aktivitas anak serta
memperhatikan cara berpikir anak. Siswa sendiri aktif membangun pengetahuannya,
yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah dimilikinya.
Menurut Piaget (dalam Dahar, 1989:43)
siswa sekolah dasar berada dalam tahap operasi konkret, berarti anak perlu
benda-benda konkret untuk membantu proses belajar. Kemudian ia juga menyatakan
bahwa melalui bermain anak-anak dapat mengekspresikan dunianya, kompetensinya
dan upaya mengatasi masalah yang dihadapinya sehingga daya kreasi dan
kreativitas anak terbina dalam proses bermain.
Peter (dalam Depdikbud, 1995) menyatakan
bahwa nilai tambah pembelajaran terpadu tidak hanya bagi siswa, tetapi juga
bagi guru. Melalui pembelajaran terpadu, siswa diharapkan dapat memahami suatu
permasalahan secara menyeluruh. Dengan demikian siswa lebih memahami arti
kehidupan, yang saling terkait antara konsep pelajaran dengan masalah yang ada
di sekitar. Selain itu siswa juga dapat meningkatkan keterampilan proses sains,
berkomunikasi, memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif. Bagi guru
pembelajaran terpadu dapat meningkatkan keterampilan mengorganisir dan
merencanakan pengajaran serta membina semangat kerja sama dengan teman sejawat.
Pembelajaran terpadu model integrated
perlu dikembangkan pada suatu pembelajaran di SD, karena lebih memungkinkan
siswa untuk memahami suatu fenomena dan berbagai segi. Penerapan pembelajaran
terpadu model integrated lebih memungkinkan terbentuknya semacam jalinan
antarskemata (pengetahuan) yang telah dimiliki siswa sesuai dengan potensi yang
ada pada diri siswa.
Selain memiliki kelebihan, pembelajaran
terpadu model integrated memiliki keterbatasan, terutama pada aspek penilaian.
Penilaian instruksional pembelajaran terpadu lebih banyak menuntut guru tidak
hanya melakukan penilaian akhir tetapi menuntut penilaian proses yang lebih
komprehensif, sehingga menuntut penilaian yang lebih beragam.
Pembelajaran terpadu model integrated
menggunakan pendekatan antar mata pelajaran, yang dalam pelaksanaannya
perlu upaya penggabungan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas
materi esensial, serta keterampilan dan sikap yang bertolak dari tema sentral.
Guru pertama-tama menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang akan
diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan.
Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang memiliki
hubungan erat dari beberapa mata pelajaran bertolak dari tema sentral yang
telah ditentukan. Contoh pembelajaran terpadu model integrated diterapkan
di kelas 4 dengan tema teknologi yang memadukan mata pelajaran sains,
matematika, ilmu sosial dan Bahasa Indonesia.
Pembelajaran integrated (terpadu) merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek
baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya
pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh,
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan
arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan
antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Pembelajaran terpadu tipe integrated (keterpaduan)
adalah tipe pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang
studi, menggabungkan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler
dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih dalam
beberapa bidang studi (Fogarty, 1991: 76).
Ada sejumlah KD yang mengandung konsep saling
beririsan/tumpang tindih, sehingga bila dibelajarkan secara terpisah-pisah
menjadi tidak efisien. Konsep-konsep semacam ini memerlukan pembelajaran model
integrated atau shared. Pada model integrated, materi pembelajaran adalah KD-KD
atau konsep-konsep dalam KD yang sepenuhnya beririsan; sedangkan pada model
shared, KD-KD atau konsep-konsep dalam KD yang dibelajarkan tidak sepenuhnya
beririsan, tetapi dimulai dari bagian yang beririsan.
B. Implementasi Model
Pembelajaran Integrated
Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III
dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan
pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan
mata pelajaran. Wacana perubahan pada kurikulum
2013 semua kelas pada sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik integratif.
Penerapan model tematik integratif tidak meninggalkan model dan metode
pembelajaran yang lain. Tematik integratif merupakan model payung. Strategi
pembelajaran lain yang bertujuan untuk meningkatkan kecakapan tertentu tetap
dilaksanakan dengan pendekatan tematik integratif. Penerapan untuk kelas rendah
(1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan pendekatan tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan pendekatan integrated atau terpadu beberapa mata pelajaran.
Persoalan yang muncul selama
ini dalam penerapan pembelajaran tematik integratif adalah ketidakberanian dan
kegamangan guru dalam menerapkan tematik integratif selain pendekatan standar
isi yang masih pendekatan mata pelajaran juga karena kurangnya pengetahuan.
Penerapan pendekatan tematik integratif membutuhkan persiapan dan kompetensi
yang memadai. Clark (2005) menjelaskan untuk merancang dan melaksanakan
kurikulum integartif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1) filosofi; 2) mengembangkan
staf; 3) komunitas pembelajar yang mendukung (supportive learning
communities); dan 4) Kepemimpinan yang berdedikasi.
1)
Filosofi, perencana dan pelaksana kurikulum
harus memahami filosofi dan teori yang melandasi pembelajaran integratif dan
berpusat pada siswa; dan filofosi dan teori materi pelajaran. Penerapan sebuah
metode pembelajaran harus didasari pada teorinya. Penguasaan filosofi dan teori
yang kuat, memberi keyakinan keberhasilan pelaksanaannya. Perencanaan
pembelajaran yang dimulai dari merumuskan indikator pembelajaran sebagai penjabaran
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) membutuhkan penguasaan
filosofi dan teori atau isi mata pelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan
dengan memperhatikan isi materi, pencapaian kecakapan dan perilaku (afektif),
serta ranah psikomotor. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan menyiapkan
strategi pembelajaran yang tepat membutuhkan pemahaman terhadap strategi
tersebut.
Contoh penerapan model
pembelajaran integrated di kelas 1
Perumusan indikator pembelajaran memerlukan kecermatan untuk tidak
meninggalkan keluasan dan kedalaman materi; berpikir tingkat tinggi; kecakapan
afektif dan psikomotor; dan pendidikan karakter. Perumusan indikator
pembelajaran didahului dengan melakukan pemetaan materi yang diawali dari tema.
Tema : Diri Sendiri
Isi Materi :
Nama
Anggota tubuh
Jenis kelamin
Kesukaan terhadap warna
Kesukaan terhadap benda
Alamat rumah
Kesukaan terhadap makanan
Berdasarkan materi yang
tercantum pada di atas dan dari esensi diri pribadi, dan taksonomi tujuan
pembelajaran Bloom (Anderson dan Krathwohl, 2001) indikator pembelajaran yang
dapat didiskusikan sebagai berikut :
1)
menyebutkan nama sendiri dengan pelafalan dan
intonasi yang benar
2)
mendiskusikan dengan teman sebangku bagian
anggota tubuh
3)
menghitung jumlah anggota tubuh dan benda yang
menempel pada tubuhnya
4)
memerinci waktu bangun pagi, berangkat
sekolah, pulang sekolah, dan tidur malam
5)
membandingkan ciri-ciri diri sendiri dengan
teman lainnya
6)
mengidentifikasi, menyusun dan menjiplak huruf-huruf penyusun namanya
Contoh
penerapan model pembelajaran integrated di kelas 4
Penerapan model pembelajaran integrated (terpadu) memadukan SK/KD
masing-masing mata pelajaran yang saling terhubung untuk membangun suatu topik
utama. Gabungan dari masing-masing KD menjadi dasar dalam menentukan indikator
pembelajaran dan tujuan pembelajaran.Ambil contoh kelas IV untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.
KD Bahasa Indonesia:
Ø Menulis petunjuk untuk
melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu (menulis).
KD IPA:
Ø Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya.
KD IPS:
Ø Membaca peta lingkungan
setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.
KD Matematika:
Ø Melakukan operasi perkalian dan
pembagian.
KD Gabungan yang dapat didiskusikan adalah:
Ø menulis petunjuk penggunaan
alat peraga struktur kerangka tubuh manusia dan fungsinya, dan menemukan skala
antara alat peraga dengan rata-rata tinggi badan siswa.
2)
Mengembangkan staf. Staf dalam konteks ini
adalah semua pemangku kepentingan pendidikan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Pendidikan, LPMP, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan
Tenaga Kependidikan. Pada tataran pelaksanaan kegiatan persekolahan
sehari-hari, yang terlibat secara langsung adalah LPMP (khususnya Widyaiswara);
Pengawas Sekolah; Kepala Sekolah; dan Guru. Keempat unsur ini dituntut
menguasai filosofi dan teori pembelajaran tematik integratif, dan strategi
pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembanya
dilakukan secara sistematis.
3)
Komunitas Pembelajaran yang Mendukung (supportive learning
communities). Sekolah sebagai organisasi dituntut untuk menjadi organisasi
pembelajar (learning organisation).
4)
Kepemimpinan yang berdedikasi. Peran pemimpin
dalam sebuah organisasi adalah: menciptakan visi, membangun
tim, memberikan penugasan, mengembangkan orang, dan memotivasi anak buah (Arjanti,
2012).
C. Langkah-langkah
Penerapan Model Pembelajaran Integrated
Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses
belajar mengajar sebagaiunsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam
pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam
perencanaan sebelumnya. Secara prosedural langkah-langkah kegiatan yang
ditempuh diterapkan ke dalam tigalangkah sebagai berikut:
1. Kegiatan
awal/pembukaan (opening)
Tujuan dari kegiatan membuka pelajaran adalah
Pertama,
untuk menarikperhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan cara seperti
meyakinkan siswabahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan
berguna untukdirinya; melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa;
melakukan interaksiyang menyenangkan.
Kedua,
menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapatdilakukan dengan cara seperti
membangun suasana akrab sehingga siswa merasadekat, misalnya menyapa dan
berkomunikasi secara kekeluargaan; menimbulkanrasa ingin tahu, misalnya
mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yangsedang hangat dibicarakan;
mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akandilakukan dengan
kebutuhan siswa.
Ketiga,
memberikan acuan atau rambu-rambutentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang
dapat dilakukan dengan caraseperti mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta
tugas-tugas yang harusdilakukan dalam hubungannya dengan pencapian tujuan
(Sanjaya, W., 2006:41).
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan
kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dalamkegiatan inti dilakukan
pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan
menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru
dalam penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator
(Alwasilah:1988). Selain itu guru harus pula mampu berperan sebagai model
pembelajar yang baik bagi siswa. Artinya guru secara aktif dalam
kegiatan belajar berkolaborasi dan berdiskusi dengan siswa dalam mempelajari
tema atau sub tema yang sedang dipelajari. Peran inilah yang disebutkan oleh
Nasution (2004: 4) sebagai suatu aktivitas mengorganisasi
dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak
sehingga terjadi proses belajar.
Dengan demikian pada langkah kegiatan
inti guru menggunakan strategi pembelajaran dengan upaya menciptakan lingkungan
belajar sedemikian rupa agarmurid aktif mempelajari permasalahan berkenaan
dengan tema atau subtema. Pembelajaran dalam hal ini dilakukan melalui berbagai
kegiatan agar siswa mengalami, mengerjakan, memahami atau disebut dengan
belajar melalui proses (Wijaya, dkk: 1988: 188). Untuk itu
maka selama proses pembelajaran siswa mengamati obyek nyata
berupa benda nyata atau lingkungan sekitar, melaporkan hasil pengamatan,
melakukan permainan, berdialog, bercerita, mengarang, membaca sumber-sumber
bacaan, bertanya dan menjawab pertanyaan, serta bermain peran. Selama
proses pembelajaran hendaknya guru selalu memberikanumpan agar anak berusaha
mencari jawaban dari permasalahan yang dipelajari. Umpan dapat diberikan guru
melalui pertanyaan-pertanyaan menantang yang membangkitkan anak untuk
berfikir dan mencari solusi melalui kegiatan belajar.
3. Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dapat diartikan
sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan
maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari
siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat
keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pembelajaran adalah
meninjau kembali dan mengadakan evaluasi pada akhir
pembelajaran. Dalam kegiatan meninjau kembali dapat dilakukan
dengan merangkum inti pelajaran atau membuat ringkasan. Sedangkan dalam
kegiatan evaluasi, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk mendemontrasikan
keterampilan, mengaplikasikan ide-ide baru pada situasi lain, mengekspresikan
pendapat murid sendiri atau mengerjakan soal-soal tertulis
(Hadisubroto dan Herawati; 1998 517). Berkaitan dengan evaluasi Vogt
(2001:7) menyebutkan bahwa assessment dapat dilaksanakan secara kolaboratif dan sportif
antara siswa dan guru. Assessment dapat dilakukan secara formal maupun informal. Formal
assessment dapat berupa tes khusus seperti membaca, menulis dan
penggunaan bahasa, sedangkan informal assessment berkaitan dengan kemajuan
siswa yang dapat dilakukan melalui catatan anekdot, observasi, diskusi
kelompok, refleksi dan laporan kelompok belajar. Self assessment bagi siswa
akan membantu untuk dapat mengukur kemajuan diri. Mereka juga dapat
mengetahui apa yang telah mereka pelajari. Caranya dapat menggunakan
checklist, refleksi tertulis, journal.
C. Kelebihan dan
Kekurangan Model Pembelajaran Integrated
1. Kelebihan Model Integrated
Menurut
Fogarty (1991 : 57) kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah:
1) Faktor
motivasi, karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat.
2) Penulisan
dari unitnya sangat dikenal oleh guru.
3) Model
ini merupakan perencanaan kurikulum yang to the point sehingga mudah
ditangkap oleh guru yang kurang berpengalaman.
4) Model
ini juga mendorong timbulnya perencanaan bersama karena sebuah timlintas
mata pelajaran bekerja bersama agar tema itu dapat digunakan oleh semua mata
pelajaran .
5) Siswa
akan dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dapat saling
berhubungan.
Lebih
lanjut Tim Pengembang PGSD (1996:7) mengemukakan kelebihan yang terdapat
dalam pelaksanaan model pembelajaran tematik adalah sebagai berikut:
1) Pengalaman
dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
2) Kegiatan
yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan anak.
3) Seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama.
4) Pembelajaran
tematik menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
5) Menyajikan
kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
dalam lingkungan anak.
6) Menumbuh
kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi,
dan respek terhadap gagasan orang lain.
2. Kekurangan Model Integrated
1)
Guru
dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.
2)
Tidak
setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada
dalam mata pelajaran secara tepat.
3)
Pengintegrasian kurikulum dengan
konsep-konsep dari masing-masing bidang studi menuntut adanya sumber belajar
yang beraneka ragam.
4)
Dalam penerapannya, sulit
menerapkan tipe ini secara penuh.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran integrated (terpadu) merupakan suatu
pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek
baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Penerapan pembelajaran terpadu (tematik
integratif) perlu ditetapkan wilayah keterpaduannya, apakah dalam satu mata
pelajaran, multi mata pelajaran, antar mata pelajaran atau trans mata
pelajaran. Persiapan, monitoring, supervisi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran
dilakukan secara berkesinambungan untuk memastikan keefektifan dan
keefisienannya.
Setiap model pembelajaran ada keunggulan
dan kelemahan, untuk mengatasi kelemahan dari sebuah model pembelajaran
bergantung kepada bagaimana guru mengimplementasikan model pembelajaran
tersebut dalam bentuk kemasan yang lebih efektif dan efisien. Hasil ujicoba
sementara menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu model integrated dapat
diterapkan di sekolah dasar sebagai alternative pembelajaran dengan keunggulan
antara lain: dapat meningkatkan perolehan hasil belajar; dapat memotivasi anak;
anak lebih aktif dan kreatif; hubungan guru dengan anak cukup akrab sehingga
siswa lebih berani bertanya. Namun demikian ditemukan juga kelemahan seperti
tenaga, waktu, biaya dan keterampilan lainnya sehingga berpengaruh terhadap
penelitian pembelajaran terpadu model integrated di sekolah.
B. Saran
Pendekatan apapun yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar, diharapkan selalu mendudukkan siswa sebagai pusat
perhatian dan perlakuan. Peranan guru dalam pembentukan pola kegiatan belajar
mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan
dipelajari” saja, melainkan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya
pengalaman belajar anak”. Pengalaman belajar anak diperoleh melalui serangkaian
kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam, lingkungan sosial,
dan lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan nara sumber lain. Untuk
menjadikan siswa aktif dan kreatif dengan terkendali sebaiknya diberikan penilaian
secara menyeluruh dan autentik baik terhadap produk berupa tes setelah
pembelajaran berlangsung dan penilaian kinerja yang dilakukan ketika proses
pembelajaran
berlangsung dengan observasi keterampilan dan sikap. Mendeteksi kadar aktivitas
setiap siswa dalam pembelajaran memang sulit dilakukan. Cara yang
efektif
dilakukan guru disarankan untuk mengamati kegiatan kelompok sesuai dengan
jumlah pengelompokan siswa.
Daftar Pustaka
Anderson, L. W., &
Krathwohl, D. R. (2001). A
Taxonomy for learning, teaching, and assesing. a revision of Bloom’s taxonomy
of education objectives. New
York: Addison Wesley Longman.
Arjanti, R. A. (2012, March
29). Lima Peranan Penting
Pemimpin. Retrieved Januari 25, 2013, from Leadership Centre: http://leadershipqb.com/index.php?option=com_content&task=view&id=6933&Itemid=30
Atan, H. (2009, June 14). Teo-Education.com. Retrieved January 22, 2013, from
Teo-Education.com: http://www.teo-education.com/teo/
Clark, E. (2005, May 1). Designing and implementing an integrated
curriculum. Retrieved Januari 23, 2013, from Great Ideas:
http://great-ideas.org
Drake, S. M., & Burns, R.
C. (2004). Meeting standards
through integrated curriculum. Alexandria:
Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD).
Fogarty, R. (1991). Ten ways to
integrated curriculum. Educational
Leadership, Oktober 1991 ,
61-65.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
tahun 2006 Tentang Standar Isi. (2006). Jakarta: Lembaran Negara.
Venville, G. (2009, August). The Newcritic. Retrieved
Januari 22, 2013, from Disciplinary versus integrated curriculum : the
challenge for school science: http://www.jas.uwa.edu.au
Dirgantara Wicaksono
Pembelajaran PKN di SD
Lampiran
Keterangan
Pembagian Tugas dalam Pembuatan Makalah dan Presentasi Kelompok
1. Nur
Astuti : Mencari Bahan/ Materi Makalah
2. Sayyidah
Syuhur : Mencari Bahan/ Materi Makalah
3. Maulin
Puspa Indah : Membuat Rancangan Presentasi (PowerPoint)
4. Isma
Halimatu Rachmah : Mendesain
PowerPoint
5. Nia
Kurniawati : Editor
Pembuatan Makalah
Gambar Model Integrated
Tidak ada komentar:
Posting Komentar